KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul
“PSIKOSOSIAL” sebagai hasil penugasan mata ajaran KDM (Kebutuhan Dasar Manusia)
oleh dosen kepada Kami pada 16 November 2011 di Semarang.
Dengan terselesaikannya makalah ini kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Makalah ini tidaklah luput dari
kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf atas segala kekurangan tersebut
dan kami harapkan juga saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian sedikit dari kami, atas
perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 1
Kata Pengantar . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB I Pendahuluan . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 4
A. Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 4
B. Tujuan
Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 5
a. Tujuan
Umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 5
b. Tujuan
Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . 5
BAB
II Tinjauan Pustaka.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 6
A. Tahap
Perkembangan psikososial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . 6
B. Konsep
Dasar Psikososial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 9
1. Konsep
Diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
a. Komponen
Dasar.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
b. Faktor-faktor
yang mempengaruhi. . . . . . . . . . . . . . . . . 10
c. Kriteria
Kepribadian yang Sehat . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
d. Karakteristik
Konsep Diri Rendah. . . . . . . . . . . . . . . . . 12
e. Faktor
Risiko Gangguan Konsep Diri . . . . . . . . . . . . . . 12
2. Stres
dan Adaptasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 13
a.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan
stres. . . . . . . . . 15
C. Asuhan
Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 15
1.
Pengkajian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 16
2. Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi. . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB
III Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
I. Kesimpulan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 21
Daftar
Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh
setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini
disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
(Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial
adalah
setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun
sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Contoh
masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita
gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika,
masalah seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi
seksual, tindak kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi,
masalah usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di
tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain:
HIV/AIDS (Depkes, 2011).
B. Tujuan
Masalah
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep
dasar Psikososial.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap perkembangan
psikososial.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep
dasar psikososial yang mencakup konsep diri, stres dan adaptasi.
3. Mahasiswa mampu mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada psikososial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tahap Perkembangan Psikososial
Delapan
tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah
di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b. dari lahir sampai usia satu tahun
dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
c. bayi sangat tergantung dari
pengasuhan.
d. Jika anak berhasil membangun
kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.
2.
Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a. Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3
tahun
b. masa awal kanak-kanak dan berfokus
pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
c. latihan penggunaan toilet adalah
bagian yang penting.
d. Kejadian-kejadian penting lain
meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan
yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e. Anak yang berhasil melewati tingkat
ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan
merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3.
Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. masa usia prasekolah mulai menunjukkan
kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi
sosial lainnya.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini
merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa
tanggung jawab dan prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap ini
akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e. Rasa bersalah dapat digantikan
dengan cepat oleh rasa berhasil.
4.
Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak mulai
mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan
oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan
ketrampilan yang dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau
tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa
ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
e. Prakarsa yang dicapai sebelumnya
memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
f. Ketika beralih ke masa pertengahan dan
akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual.
g. Permasalahan yang dapat timbul pada
tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak
berkompeten dan tidak produktif.
h. Guru memiliki tanggung jawab khusus
bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
5. Identity vs identify confusion
(identitas vs kebingungan identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia
10 s/d 20 tahun
b. Selama remaja ia mengekplorasi
kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c. Anak dihadapkan dengan penemuan
siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya.
d. Anak dihadapkan memiliki banyak
peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme.
e. Jika remaja menjajaki peran dg cara
yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
f. Jika suatu identitas remaja ditolak
oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika
jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas
merajalela.
g. bagi mereka yang menerima dukungan
memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control
dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h. Bagi mereka yang tidak yakin
terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung
terhadap diri dan masa depannya.
6.
Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a. Terjadi selama masa dewasa awal
(20an s/d 30an tahun)
b. Tahap ini penting, yaitu tahap
seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap ini,
akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d. Identitas personal yang kuat penting
untuk mengembangkan hubungan yang intim.
e. Jika mengalami kegagalan, maka akan
muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
7.
Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a. Terjadi selama masa pertengahan
dewasa
b. Selama masa ini, mereka melanjutkan
membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap
ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .
d. Mereka yang gagal melalui tahap ini,
akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
8.
Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a. Terjadi selama masa akhir dewasa.
b. cenderung melakukan cerminan diri
terhadap masa lalu.
c. Mereka yang tidak berhasil pada fase
ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d. Individu akan merasa kepahitan hidup
dan putus asa.
e. Mereka yang berhasil melewati tahap
ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah
dialami.
f. Individu ini akan mencapai
kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
B. Konsep Dasar Psikososial
Dalam
kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri untuk mencapai aktualisasi diri
diperlukan konsep diri yang sehat.
1.
Konsep
diri
Konsep
diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya
dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang
secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang
lain.
Pembentukan
konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.
a.
Komponen
konsep diri
1)
Citra diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang
ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
2) Ideal
diri
Presepsi
individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3) Harga
diri
Harga
diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga
dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi
rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4) Peran
diri
Peran
diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
5) Identitas
diri
Identitas
diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri
1) Tingkat
perkembangan dan kematangan
Perkembangan
anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada
usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat
pada lingkungannya.
3) Sumber
eksternal dan internal
Kekuatan
dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada
sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang
kuat.
4) Pengamatan
sukses dan gagal
Ada
kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5) Sensor
Stresor
dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan kekuatan. Jika
koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan
kecemasan.
6) Usia,
keadaaan sakit, dan trauma
Usia
tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
c.
Kriteria
kepribadian yang sehat
1) Citra
tubuh positif dan akurat
Kesadaran
akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan
kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
2) Ideal
dan realitas
Individu
mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
3) Konsep
diri yang positif
Konsep
diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
4) Harga
diri tinggi
Seseorang
yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang
yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia
inginkan.
5) Kepuasan
penampilan peran
Individu
yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain
secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan terbuka pada orang
lain serta membina hubungan interdependen.
6) Identitas
jelas
individu
merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam mencapai tujuan
d.
Karakteristik
konsep diri rendah
1) Menghindari
sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
2) Tidak
mau berkaca
3) Menghindari
diskusi tentang topik dirinya
4) Menolak
usaha rehabilitasi
5) Melakukan
usaha sendiri dengan tidak tepat
6) Mengingkari
perubahan pada dirinya
7) Peningkatan
ketergantungan pada yang lain
8) Tanda
dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis
9) Menolak
berpartisipasi dalam perawatan dirinya
e.
Faktor
risiko gangguan konsep diri
1. Gangguan
identitas diri
a)
Perubahan perkembangan.
b)
Trauma
c)
Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya
yang tidak sesuai
2. Gangguan
citra tubuh (body image)
a)
Hilangnya bagian tubuh
b)
Perubahan perkembangan
c)
Kecacatan
3. Gangguan
harga diri
a)
Hubungan interpersonal yang tidak
harmonis
b)
Kegagalan perkembangan
c)
Kegagalan mencapai tujuan hidup
d) Kegagalan
dalam mengikuti aturan normal
4. Gangguan
peran
a)
Kehilangan peran
b)
Peran ganda
c)
Konflik peran
d) Ketidakmampuan
menampilkan peran
b.
Stress
dan Adaptasi
Stress merupakan bagian dari kehidupan
yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan
lingkungan. Secara sederhana stress adalah kondisi dimana adanya respons tubuh
terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat berasal dari
internal misalnya, perubahan hormon, sakit maupun eksternal misalnya,
temperatur dan pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons
akan muncul. Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu
keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya
semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan
emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.
a. Fisiologi
Stress dan Adaptasi
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami
sentuhan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti
pengaturan peredaran darah, pernapasan. Maupun lingkungan eksternal seperti
cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal.
Keadaan diman terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal
disebut homeostatis. Homeostatis
dibagi menjadi dua yaitu homeostatis
fisiologis misalnya, respons adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga
dan homeostatis psikologis misalnya,
perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
b. Respons
fisiologi terhadap stress
Respons fisiologi terhadap stress dapat
diidentifikasi menjadi dua yaitu local
adaptation syndrome (LAS) yaitu
respons lokal tubuh terhadap stressor misalnya kalau kita menginjak paku maka
secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka
reaksi lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan general adaptation syndrome (GAS) yaitu
reaksi menyeluruh terhadap stressor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1) pertama, reaksi peringatan
ditandai oleh peningkatan aktifitas neuroendokrin yang berupa peningkatan
pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa dan dilatasi pupil.
2) kedua, fase resisten dimana
fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahan.
3) ketiga, fase kelelahan
ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik, krisis.
Dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional
terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya
buruk. Ada empat tingkatan kecemasan, yaitu :
1) Cemas
ringan
Cemas
ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari–hari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar
dan individu akan berhati–hati dan waspada. Respons cemas ringan seperti
sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi
pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan
tenang dan tremor halus pada tangan.
2) Cemas
sedang
Pada
tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas sedang
seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu
diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.
3) Cemas
berat
Pada
cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat seperti napas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, blocking,
verbalisasi cepat dan perasaan ancaman meningkat.
4) Panik
Pada
tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun
telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan
palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak
dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak–teriak, blocking, kehilangan kendali dan
persepsi kacau.
a.
Faktor
– faktor yang Dapat Menimbulkan Stres
a) Lingkungan
yang asing
b) Kehilangan
kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
c) Berpisah
dengan pasangan dan keluarga
d) Masalah
biaya
e) Kurang
informasi
f) Ancaman
akan penyakit yang lebih parah
g) Masalah
pengobatan
C. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Pengkajian
psikologis
1) Status
emosional
- Apakah
emosi sesuai perilaku?
- Apakah
klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana
perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah
perasaan hati sekarang merupakan cirri khas klien?
- Apa
yang klien lakukan jika marah atau sedih?
2) Konsep
Diri
- Bagaimana
klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana
orang lain menilai diri klien?
- Apakah
klien suka akan dirinya?
3) Cara
Komunikasi
- Apakah
klien mudah merespons?
- Apakah
spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana
perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah
klien menolak untuk memberi respons?
4) Pola
interaksi
- Kepada
siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa
yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana
sifat asli klien : mendominasi atau positif?
b. Pengkajian
Sosial
1)
Pendidikan
a) Pendidikan
terakhir
b) Keterampilan
yang mampu dilakukan
c) Pekerjaan
klien
d) Status
keuangan
2)
Hubungan social
a) Teman
dekat klien
b) Bagaimana
klien menggunakan waktu luang?
c) Apakah
klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3)
Faktorkultural social
a) Apakah
agama dan kebudayaan klien?
b) Bagaimana
tingkat pemahaman klien tentang agama?
c) Apakah
bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
4)
Pola Hidup
a) Dimana
tempat tinggal klien?
b) Bagaimana
tempat tinggal klien?
c) Dengan
siapa klien tinggal?
d) Apa
yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
5)
Keluarga
a) Apakah
yang klien sudah menikah?
b) Apakah
klien sudah punya anak?
c) Bagaimana
status kesehatan klien dan keluarga?
d) Masalah
apa yang terutama dalam keluarga?
e) Bagaimana
tingkat kecemasan klien?
2.
Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi
a. Gangguan
konsep diri: citra tubuh negatif
Kondisi
di mana seseorang mengalami status peru merasakan, memikirkan, dan memandang
dirinya sendiri. Gangguan konsep diri meliputi perubahan citra tubuh, ideal
diri, performa peran, atau identitas personal.
Kemudian
berhubungan dengan :
a.
Patofisiologis
Berhubungan dengan perubahan
penampilan, gaya hidup, peran, respons orang lain, sekunder akibat:
- Penyakit
kronis
- Kehilangan
anggota tubuh
- Kehilangan
fungsi tubuh
- Trauma
yang berat
- Nyeri
b. Situasional
(Personal, lingkungan)
Berhubungan
dengan perasaan terlantar atau kegagalan, sekunder akibat:
- Perceraian,
perpisahan diri dari orang terdekat, atau kematian orang yang disayang.
- Kehilangan
pekerjaan atau ketidakmampuan untuk bekerja.
Berhubungan
dengan immobilitas atau kehilangan fungsi.
Berhubungan
dengan hubungan yang tidak memuaskan (orang tua).
Berhubungan
dengan pilihan seksual (homoseksual, lesbian, biseksual, abstein).
Berhubungan
dengan kehamilan remaja.
Berhubungan
dengan perbedaan gender dalam cara membesarkan anak oleh orang tua.
Berhubungan
dengan pengalaman tindak kekerasan oleh orang tua.
c. Maturasional
Usia pertengahan
Kehilangan
peran dan tanggung jawab
Lansia
Kehilangan
peran dan tanggung jawab
Kemungkinan berhubungan data yang ditemukan:
- Menolak
menyentuh atau melihat bagian tubuh
- Menolak
memandag ke cermin
- Tidak
bersedia mendiskusikan keterbatasan, deformitas, atau gangguan penampilan yang
dialami
- Menolak
menerima upaya rehabilitasi
- Tanda-tanda
berduka: menangis, putus asa, marah
- Perilaku
merusak diri: minum alkohol, obat
- Menarik
diri dari kontak sosial
Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien
dapat menerima keadaan tubuhnya secara proposional
b. Pasien
dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya
INTERVENSI RASIONAL
1.
Bina
hubungan saling percaya 1.
Dasar mengembangkan tindakan keperawatan
2.
Kaji
penyebab gangguan citra tubuh 2.
Merencanakan intervensi lebih lanjut
3.
Kaji
kemampuan yang dimiliki 3.
Alternatif memanfaatkan kemampuan
klien dengan menutupi kekurangan
4.
Eksplorasi
aktifitas baru yang dapat 4.
Memfasilitasi dengan memanfaatkan
dilakukan kelebihan
b. Cemas
Perasaan
tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas/tidak spesifik.
Kemungkinan
berhubungan dengan:
- Ancaman
perubahan status kesehatan dan status ekonoimi
- Kemungkinan
data yang ditemukan : Meningkatkannya tensi darah dan kesulitan tidur
- Kondisi
klinis kemungkinan terjadi pada : Keadaan rumah sakit dan Penyakit terminal
Tujuan yang diharapkan:
Pasien dapat mendemonstrasikan cara
penurunan kecemasan.
INTERVENSI RASIONAL
1.
Lanjutkan
pengkajian mengenai 1. Mengidentifikasi faktor penyebab
riwayat
pasien masuk rumah sakit cemas
2.
Monitor
hubungan perilaku cemas, 2. Ketika cemas meningkat, pasien
aktifitas dan
kejadian setiap 2 jam kurang kooperatif dan ada
kemungkinan terjadinya perubahan
rencana keperawatan
3.
Yakinkan
bahwa cemas adalah 3. Membantu mengidentifikasi
reaksi normal. Bantu identifikasi hubungan antara partisipasi dengan
tanda-tanda kecemasan seperti kecemasan
nafas lebih cepat, nadi cepat dan
berkeringat dingin
4.
Berikan
keterangan dengan memberikan 4. Lingkungan nyaman membantu
lingkungan yang nyaman memfokuskan pikiran dan aktivitas
5.
Jelaskan
semua prosedur dan 5. Pasien yang kooperatif
Tujuan dengan singkat dan jelas
6.
Turunkan
input sensori yang mengganggu 6. Menurunkan
kecemasan
seperti lampu yang silau, gaduh, dan
udara panas
7.
Lakukan
hubungan yang lebih akrab 7. Menimbulkan kepercayaan dan
dengan pasien sebelum tidur merasa nyaman
8.
Monitor
tanda vital setiap 4 jam 8. Membantu menentukan efek cemas
9.
Perhatikan kebutuhan fisik selama
9. Cemas menimbulkan kegagalan
mengalami kecemasan pemenuhan kebutuhan fisik
10.
Berikan
obat anti cemas dan monitor 10. Efek pengobatan membantu
efeknya setelah 30 menit menurunkan
kecemasan
11.
Membantu
pasien dalam kemampuan 11. Koping yang positif dapat
koping menurunkan
kecemasan
12.
Lakukan
pengkajian mengenai 12. Mencegah penyimpangan perilaku kemungkinan
adanya penyimpangan
perilaku: perkelahian, merokok,
alkohol, dan lain-lain
13.
Lakukan
teknik relaksasi: teknik 13. Relaksasi
menurunkan kecemasan
napas dalam dan membaca
14.
Kolaborasi
dengan psikiater : hal-hal 14. Mengatasi masalah kecemasan
yang menggangu seperti
lampu yang silau, suasana yang gaduh,
dan cuaca yang panas
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a. Tahap
perkembangan manusia ada 8 tahap yaitu:
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak
percaya)
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan
rasa bersalah)
4.
Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah
diri)
5. Identity vs Identify confusion
(identitas vs kebingunga identitas)
6.
Intimacy vs Isolation (keintiman vs
keterkucilan)
7.
Generativity vs Stagnation ( bangkit vs
stagnan)
8.
Integrity vs Depair (integritas vs putus
asa)
b. Konsep
Dasar Psikososial
1. Konsep
diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya
dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
2. Stress
merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang
disebabkan karena perubahan lingkungan.
3. Perubahan
dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya
semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan
emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Yudianto, Andi. 2008. Perkembangan Psikososial Erikson. http://bayoesmartboy.blogspot.com/2008/04/perkembangan-psikososial-erikson.html.
(diakses pada tanggal 15 November 2011, pukul 09.30
wib)
Tarwoto. 2006. Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar