Sabtu, 20 Juli 2013

Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia Sekolah



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses ini mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak-anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada anak-anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya. Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan dapat memulai menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya (Harmoko, 2011).
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak usia sekolah, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak usia sekolah sesuai dengan perkembangannya.

B.  TUJUAN MASALAH
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengimplementasikan teknik komunikasi dengan anak pada usia sekolah.

2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam            berkomunikasi pada anak.
b.    Mahasiswa mampu memahami teknik dalam berkomunikasi pada anak.
c.    Mahasiswa mampu mengimplementasikan fokus komunikasi pada anak usia    sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi terapeutik pada anak
Hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi terapeutik pada anak meliputi (Mahmud Mahfoedz, 2009):
1.    Nada suara
tempo bicara yang rendah dengan memperlambat pembicaraan dapat menunjang komunikasi yang efektif dengan anak. Hindari sikap mendesak.
2.    Mengalihkan perhatian
Anak tertarik pada aktivitas yang ia sukai, oleh karena itu perlu dibuatkan jadwal agar aktivitas yang disukai dan diprogramkan dapat diatur waktunya.
3.    Jarak interaksi
Perawat harus memperhatikan jarak yang aman dalam berinteraksi.
4.    Marah
Perawat perlu mempelajari isyarat kontrol perilaku pada anak untuk mencegah kemarahan anak. Perawat menghindari bersuara keras dan bersikap otoriter. Kurangi kontak pandang jika respon aak meningkat. Jika mulai dapat mengendalikam perilaku maka kontak pandang dapat dilakukan kembali, namun komunikasi melalui sentuhan ditunda terlebih dahulu.
5.    Kesadaran diri
Perawat harus menghindari berhadap-hadapan secara langsung, dan terlalu dekat. Meja tidak diletakkan di antara anak dan perawat. Perawat selalu memberikan motivasi dan persetujuan apabila diperlukan.
6.    Sentuhan
Perawat hendaknya tidak menyentuh anak kecuali dikehendaki. Berjabat tangan dengan anak dapat menghilangkan stres dan cemas pada anak.

B.     Teknik komunikasi dengan anak
1.    Teknik Verbal
a.    Teknik orang ketiga
Perawat tidak bertanya langsung kepda klien anak tentang apa yang dirasakannya, tetapi dengan cara mengatakan pengalaman orang lain.

b.   Bercerita
untuk menghindarkan anak dari rasa takut.
c.    Neuro Linguistic Programming (NLP)
untuk memahami proses percakapan dengan memperhatikan cara, gaya, dan perilaku dalam pemahaman dan penerimaan individu.
d.    Bibliotherapy
membantu anak mengungkapkan perasaan dan perhatian melalui aktivitas membaca.
e.    Fantasi
penyampaian cerita atau dongeng fantasi.
f.     Pertanyaan “bagaimana jika”
mendorong anak menentukan solusi untuk menyelesaikan masalah.

2.    Teknik Non-verbal
a.    Menulis
untuk mengawli suatu percakapan, perawat dapat mengamati tulisan dan mungkin juga meminta klien untuk membaca beberapa bagian.
b.   Menggambar
anak mengungkapkan dirinya melalui gambar yang dibuatnya.
c.    Gerakan gambar keluarga
menggambarkan suatu kelompok berpengaruh pada perasaan dan respon emosi anak.
d.   Sosiogram
gambar sosiogram atau lingkaran keluarga melambangkan orang yang mirip dalam kehidupan anak.
e.    Menggambar bersama dalam keluarga
Mengungkapkan dinamika dan hubungan dalam keluarga.
f.     Bermain
Dengan bermain dapat diperoleh petunjuk tentang tumbuh kembang fisik, intelektual, dan sosial anak. Permainan dapat digunakan dalam mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit, atau mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur perawatan.


C.    Fokus untuk Komunikasi dengan anak pada usia sekolah (umur 5-12 tahun)
Fokus untuk Komunikasi dengan anak pada usia sekolah (umur 5-12 tahun) meliputi (Potter and Perry, 2005):
1.    Anak mencari alasan dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan pengesahan.
2.    Anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan ( apa yang akan terjadi,          kenapa hal itu terjadi).
3.    Anak memperhatikan integritas tubuh.
4.    Anak harus diizinkan untuk memanipulasi perlengkapan (misalnya memegang palu        perkusi).
5.    Anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
6.    Anak harus dizinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.






















BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
1.    Hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi terapeutik pada anak:
a.    Nada suara
b.    Mengalihkan perhatian
c.    Jarak interaksi
d.   Marah
e.    Kesadaran diri
f.     Sentuhan

2.    Teknik komunikasi dengan anak
a.    Teknik Verbal
1.      Teknik orang ketiga
2.      Bercerita
3.      Neuro Linguistic Programming (NLP)
4.      Bibliotherapy
5.      Fantasi
6.      Pertanyaan “bagaimana jika”

b.    Teknik Non-verbal
1.      Menulis
2.      Menggambar
3.      Gerakan gambar keluarga
4.      Sosiogram
5.      Menggambar bersama dalam keluarga
6.      Bermain

B.     SARAN
            Ketika perawat menghadapi pasien anak pada usia sekolah harus dapat mengimplementasikan cara dan teknik komunikasi terapeutik yang sesuai dengan prosedur seperti nada suara, mengalihkan perhatian, jarak interaksi, marah, kesadaran diri, dan juga sentuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Mahfoedz. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta:           Ganbika.

Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Harmoko. 2011. Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia Sekolah. Available from: http://4skripsi.blogspot.com/2011/01/komunikasi-terapeutik-pada-anak-usia.html.

Pusdiknakes Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam Kontek Keluarga. Jakarta:             Depkes RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar