Sabtu, 20 Juli 2013

Mikrobiologi: Uji Kekuatan Desinfektan



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam senyawa kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad renik. Sehubung dengan itu usaha manusia dalam mengatasi jasad renik. Penyebab penyakit banyak dilakukan menggunakan bahan kimia. Senyawa kimia yang mematikan jasad renik disebut dengan desinfektan.
Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain. Kelompok utama desinfektan yaitu fenol, alkohol, aldehid, halogen, logam berat, detergen, dan kemosterilisator gas. Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta sebagai antimetabolit.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diketahui karakteristik desinfektan yang kuat, lemah, maupun sedang, sehingga kami menyusun makalah ini untuk mengetahui langkah-langkah  menuuji kekuatan desinfektan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
     Mahasiswa mampu mengimplementasikan cara menguji kekuatan desinfektan.
2. Tujuan Khusus
     Mahasiswa mampu mendeskripsikan desinfektan lemah, sedang, maupun kuat.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sifat-sifat desinfektan yang ideal
1. Mempunyai efektivitas yang tingi terhadap sejumlah besar jenis mikroorganisme dalam konsentrasi sedemikian rendahnya, sehingga ekonomis dalam pemakaiannya dan tidak toksis untuk hewan atau tumbuhan.
2. Tidak merusak dan tidak mewarnai bhan-bahan seperti pakaian, alat rumah tangga, atau bahan-bahan yang terbuat dari logam, bau dan rasa tidak menyengat.
3.Tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari luar.
4. Merupakan zat penegang permukaan yang baik, jadi mempunyai sifat membasahkan dan penetrasi yang baik.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Mudah didapat dan tidak mahal.
7. Mudah digunakan untuk kondisi rumah tangga dan keperluan lain yang praktis.
8. Hal yang utama adalah mempunyai sifat mikrobisida yang sempurna dalam waktu beberapa mikrobiostatis yang membawa pada perasaan (sangkaan) aman yang semu.

B. Kelompok Desinfektan
            Disinfektan digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang dimaksud yang dimaksud artinya semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai anti metabolik.
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara lain mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik dan cara-cara yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya dapat menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-senyawa lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang     dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen      dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari             mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses    bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum     sulit dibedakan, sehingga penggunaanya boleh dikatakan     sinonim. Komponen-komponen disinfektan terdiri dari:
1. Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang terdiri dari empat bagian.
2. Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
3. Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat.
            Menurut Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih muda kurang daya tahannya terhadap disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari dinding sel dari    bakteri.
Struktur dinding bakteri gram positif adalah tebal dan berlapis tunggal dengan kandungan peptidoglikan yang tinggi serta lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun          kimia dibandingkan dengan struktur dinding sel dari kedua jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif.
Permeabilitas dinding sel dari jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan lebih sedikit sehingga memiliki pori-pori yang besar dibanding gram positif sehingga bakteri gram positif lebih rentan terhadap antibiotik.
Rusaknya membran sitoplasma berkaitan dengan tegangan permukaan yang mempengaruhi lapisan/ membran sel dari bakteri yang bersifat elatis. Tegangan permukaan tersebut akan diteruskan kedalam membran sitoplasma kemudian sel beradaptasi di dalamnya. Adanya diinfeksi yang bersifat bakteri ostatik merubah tegangan permukaan yang ada sehingga bakteri tidak dapat menyesuaikan diri dan terhambat pertumbuhannya. Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:
1.    Fenol dan persenyawaan penolat
2.    Alkohol
3.    Hidrogen
4.    Logam berat dan persenyawaannya
5.    Detergen
6.    Aldehid
7.    Kemosferilisator gas
8.    Oxidator
9.    Aerosol
10. Zat warna
11. Yodium
12. Preparat Chlor
Salah satu cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium adalah metode pengeceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol. Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik. Dalam metode       ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang akan di evaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji.

C. Uji Kekuatan Desinfektan
1. Tujuan
a. Mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman.
b. Mengetahui kekuatan suatu desinfektan dalam mematikan maupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

2. Prinsip Kerja
Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut kontak dengan disinfektan dalam waktu 5,10,dan15 menit.

3. Alat dan Bahan:
a. Alat:
1. Tabung reaksi
2. Ose/sengkelit
3. Pencatat waktu (stopwatch)
4. Mc Farland III (109 kuman/ml)
5. Vortex
6. Stiker label
7. Spiritus
b. Bahan:
1. Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
2. Air suling steril
3. Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
4. Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)­­­
5. Larutan NaCl fisiologis 0,9%
6. Fenol standar
7. Desinfektan uji

4. Cara Kerja
a. Pembuatan media   
Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir 6,8.

b. Pembuatan Inokulum
http://2.bp.blogspot.com/__wKSIY9nq2Q/TDCoDLaHOEI/AAAAAAAACEs/KZ3BWel4rs0/s320/pembuatan+inokulum.jpg











Bakteri Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:
1.        Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
2.        Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke dalam     larutan    NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland III(109kuman/ml).
3.        Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml.
4.        Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml NaCl fisiologis 0,9%.
5.        Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml), pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 108 kuman/ml.
6.        Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5 NaCl yang kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi107kuman/ml.
7.        Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml dari suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman telah setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan konsentrasi inilah yang akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.

3. Pembuatan Larutan Desinfektan

http://1.bp.blogspot.com/__wKSIY9nq2Q/TDColL9adoI/AAAAAAAACE8/LuHgHbeux8A/s320/pengenceran+disinfectan.jpg










Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril berukuran 25 x 150 mm. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1.    Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquades dengan volume yang berbeda-beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4,5 ml, dan 7 ml, secara berurutan.
2.    Lakukan pengenceran pertama dengan mempipet 1 ml larutan desinfektan ke dalam 9 ml air suling sehingga konsentrasi menjadi 1:10
3.    Pengenceran selanjutnya adalah dengan memindahkan 1 ml desinfektan 1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada tabung ini adalah 1:80.
4.    Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80 ke dalam 4,5 ml aquades sehingga konsentrasi kini 1:100.
5.    Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150.
6.    Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang konsentrasinya 1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu, samakan volumenya masing-masing menjadi 5 ml
Media, bakteri uji dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dengan memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both dengan menandai DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.
a)    Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15’.
b)   Uji II 1:100
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15’.
c)    Uji III 1:150
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 15’.

Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam.Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung.
Pengamatan cara inokulasi kuman ke dalam disinfectan.
(+) keruh : ada pertumbuhan
(-) jernih : tidak ada pertumbuhan

5. Hasil pengamatan
Setelah tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37°C selama 24 - 48 jam, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Jenis
Pengenceran

Waktu/menit
5
10
15
Desinfektan
1:80
-
-
-
Desinfektan
1:100
-
-
-
Desinfektan
1:150
+
-
-

6. Pembahasan
     a. Penyimpangan
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut, asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri yang hidup.    
Namun pada pengenceran desinfektan yang terakhir, yaitu 1:150, terdapat kekeruhan di menit ke-5 tetapi tidak pada menit ke-10 dan ke-15. Kekeruhan pada pengenceran terakhir ini menimbulkan keraguan pada hasil dari pengenceran 1:100, atau pada pengenceran 1:150 ini. Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan.

Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
1.    Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Desinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan. 
2.    Ketidakakuratan dalam pengambilan kuman menggunakan ose.
Dalam menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami memindahkan kuman tersebut hanya dengan 1 ose. Dengan penggunaan ose, terdapat kemungkinan kuman tidak terangkat sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Sebab pada percobaan kami, banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman dengan 2 ose mungkin dapat lebih akurat.
3.    Penggunaan spiritus yang berlebihan.
Banyaknya kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya dilakukan flambir pada pembuatan inokulum dan pada penginokulasian kuman uji terhadap desinfektan. Kuman S. aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum pada suhu 37°C, oleh karena itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.
4.    Pengenceran desinfeKtan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:150. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman yang dibiakkan.

b. Pertanyaan
1. Apa saja fungsi dari desinfektan?
jawaban: Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain.

2. Dalam pengujian kekuatan desinfektan ini, metode apa yang digunakan?
     jawaban: metode pengenceran koefisien fenol

3. Di antara ketiga pengenceran desinfektan, menurut hasil pengamatan, mana yang paling efektif?
jawaban: pengenceran dengan perbandingan 1: 80 yang paling efektif.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit.
2. Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain.
3. Semakin pekat konsentrasi pengenceran desinfektan, semakin efektif desinfektan tersebut dalam mematikan mikroorganisme.

























DAFTAR PUSTAKA

Drs. Koes Irianto. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. Bandung: CV. Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar