KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat
Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak I. Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Adapun pihak–pihak
tersebut antara lain:
1.
Ns. Erni Suprapti,S.ST., S.Kep. selaku dosen
pembimbing Keperawatan Anak I Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang.
2.
Teman–teman yang membantu proses penyelesaian
makalah ini.
3.
Serta pihak–pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun telah
berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun
demikian masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun penyempurnaan makalah ini.
Semarang,
April 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang
memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar anak. Ada juga
berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan anak atau
kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh
orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi
tahu, anak rewel terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah
fenomena child abuse yang terjadi di sekitar kita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang
pertama mengenali adanya child abuse di masayarakat. Perawat maternitas,
perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati adanya tanda–tanda family
abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal tersebut secara
objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Child
Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
2. Tujuan khusus
Setelah
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan Child Abuse,
mahasiswa mampu:
a. Memahami
definisi Child Abuse
b. Mengetahui
etiologi terjadinya Child Abuse
c. Mengetahui
patofisiologi terjadinya Child Abuse
d. Mengetahui
proses terjadinya Child Abuse
e. Mengetahui
manifestasi klinis dari Child Abuse
f. Mengetahui
komplikasi dari Child Abuse
g. Mengetahui
pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
h. Merumuskan
asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Child abuse
adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang dikerjakan
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan
pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1993)
Child abuse
dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari
indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang
paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh.
(Fontana, 1998)
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga
tidak optimal lagi (David Gill, 1998)
Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual
(Synder, 2000)
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan /
perbuatan oleh orang tua atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu
kesehatan fisik emosional serta perkembangan anak. (Patricia, 2005)
B. Etiologi
Perlakuan
salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang
berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
1.
Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor
yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
a.
Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa
kanak-kanak.
b.
Orangtua yang agresif dan impulsif.
c.
Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d.
Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun
sebelum siap secara emosional dan ekonomi.
e.
Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam
perselisihan.
f.
Tidak mempunyai pekerjaan.
g.
Jumlah anak yang banyak.
h.
Adanya konflik dengan hukum.
i.
Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j.
Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k.
Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru
dan tidak mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2.
Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a.
Anak yang tidak diinginkan.
b.
Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi
neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan
perawatan yang berkepanjangan.
c.
Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d.
Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e.
Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif
mungkin terlihat nakal.
f.
Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena
orangtua bekerja.
3.
Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat
meningkatkan beban terhadap perawatan anak.
Penelitian
yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua
dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan
laporan penyiksaan fisik terhadap anak-anak.
Hal ini mungkin disebabkan karena:
a.
Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh:
tidak bekerja atau hidup yang berdesakan).
b.
Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat
masa-masa krisis.
c.
Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d.
Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko
seperti remaja dan orang tua tunggal (single parent).
(Hidayat,2008)
C. Patofisiologi
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect)
dilaporkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya
melibatkan penganiayaan fisik, 15% melibatkan penganiayaan seksual, dan 50%
melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi satu dari 20 anak –anak secara
umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap tahun. Penganiayaan
fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan membakar, memukul dan
mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar menunjukkan ada jaringan tubuh yang
rusak dan pembuluh darah sudah memerah. Penerapan metode disiplin dari orang
tua ke anak dengan cara kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit
hingga meninggalkan luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat (American
Academy of Pediatrics, 2007).
D. Manifestasi Klinis
1.
Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah
tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya
kerusakan organ dalam lainnya.
2.
Sekuel atau cacat
sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3.
Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
Akibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a.
Kecerdasan
Ø Berbagai
penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif,
bahasa, membaca, dan motorik.
Ø Retardasi mental
dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
Ø Pada
beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang
adekuat atau karena gangguan emosi.
b.
Emosi
1)
Terdapat gangguan emosi
Perkembangan
konsep diri yang positif, atau bermusuh
dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain,
termasuk kemampuan untuk percaya diri.
2)
Terjadi pseudomaturitas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan
belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3)
Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai,
tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas
dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
4)
Agresif
Anak yang
mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya.
Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau
mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya
konsep diri.
5)
Hubungan sosial
Pada anak – anak ini
sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa.
Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya
dengan melempari batu atau perbuatan – perbuatan
kriminal
lainnya.
a)
Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda – tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat
trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan
perdarahan anus.
b)
Tanda gangguan emosi
Misalnya
konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah
laku.
Tingkah laku
atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan
alat kelamin dilakukan dengan
memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
c)
Sindrom munchausen
Gambaran
sindrom ini terdiri dari gejala:
Ø Gejala yang
tidak biasa atau tidak
spesifik
Ø Gejala
terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Ø Cara
pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Ø Tingkah laku
orangtua yang berlebihan.
E. Komplikasi
1.
Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2.
Kejang-kejang
3.
Hidrocepalus
4.
Ataksia
5.
Kenakalan remaja
6.
Depresi dan percobaan bunuh diri
7.
Gangguan Stress post traumatic
8.
Gangguan makan
(Soegeng,2002)
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining
perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan.
a.
Swab untuk analisa
asam fosfatase, spermatozoa,
dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
b.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk
gonokokus.
c.
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d.
Analisa rambut pubis.
2.
Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis
perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
a.
Identifikasi fokus dari bekas
b.
Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua
tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas
4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam
pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat
penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan
fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral.
CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya
diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami
trauma kepala yang berat.
3.
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi
riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
a.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
1)
Penganiayaan fisik
Ø Tanda
patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Ø Luka memar,
terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
Ø Luka bakar
yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air
panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat
aliran listrik seperti oven atau setrika.
Ø Trauma
kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan
fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Ø Trauma
abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada
penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2
tahun.
Ø Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu
kondisi yang mengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan
perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap pemenuhan
makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang
memadai pada anak penderita penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak
menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan kesehatan
lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat
kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
2.
Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan
fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu sembuhnya.
3.
Orang tua yang lambat mencari pertolongan medis.
4.
Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana
jelas tersebut terjadi.
5.
Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau
berubah-ubah pada anamnesis.
6.
Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas
yang tampak atau stadium perkembangan anak.
7.
Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya
membicarakan masalah kecil yang terus-menerus.
8.
Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang
lain sampai satu saat akhir bercerita bahwa ada sesuatu yang salah dengan
anak mereka.
9.
Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
10.
Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
11.
Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya,
menyendiri atau sangat takut dengan orang asing, harus diwaspadai kemungkinan
terjadinya penganiayaan seksual.
12.
Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan
jejasnya, tetapi kemudian mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan
atau untuk mencegah pembalasan orangtua.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak,
pemberian asuhan dan lingkungan.
2.
Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang
berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3.
Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua /
anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
4.
Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik
(kekerasan orang tua)
5.
Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6.
Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
(Nanda, 2012)
C. Intervensi
1. Dx 1 :
Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian
asuhan dan
lingkungan.
Tujuan:
setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
trauma pada
anak
NOC : Abuse Protection
Kriteria
hasil :
a. Keselamatan
tempat tinggal
b. Rencana
dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan
tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan
diri sendiri
e. Keselamatan
anak
NIC: Enviromental Mangemen: safety
Intervensi
a.
Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan
tingkat fisik, fungsi kognitif dan perilaku masa lalu
b.
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
c.
Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d.
Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e.
Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang
bahaya lingkungan
f.
kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan
keamanan lingkungan
2.
Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang
berulang-ulang
ketidakberdayaan
dan potensial kehilangan orang tua.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak
dapat
berkurang / hilang
NOC : Kontrol cemas
Kriteria
hasil :
a.
Monitor intensitas kecemasan
b.
Menyingkirkan tanda kecemasan
c.
Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d.
Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e.
Menggunakan strategi koping efektif
NIC :
Penurunan cemas
Intervensi
a.
Tenangkan klien
b.
Berusaha memahami keadaan klien
c.
Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan
rasa takut
d.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi
yang menciptakan cemas
e.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan
cara yang tepat
f.
kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat
kecemasan
3.
Dx 3 : Resiko
terhadap kerusakan kedekatan orang tua /
anak / bayi
berhubungan
dengan perlakuan kekerasan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan
tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
NOC : Parenting
Kriteria
hasil :
a.
Menyediakan kebutuhan fisik anak
b.
Merangsang perkembangan kognitif
c.
Merangsang perkembangan emosi
d.
Merangsang perkembangan spiritual
e.
Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f.
Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi
anak
NIC : Anticipatory guidance
Intervensi
a.
Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan
krisis situasional selanjutnya dalam
efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga.
b.
Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
c.
sediakan informasi yang realistic yang berhubungan
dengan perilaku pasien
d.
tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
e.
Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam
memutuskan masalah
f.
Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi
perubahan peraturan
4.
Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan
fisik (kekerasan orangtua)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria
hasil:
a.
Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b.
Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian
resiko
c.
Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d.
Menghindari cidera fisik
e.
Orang tua akan mengenali resiko dan membantu
kekerasan.
NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan
Intervensi:
a.
Monitor lingkungan untuk perubahan status
b.
Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien,
fungsi kognitif dan level fisik
c.
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
d.
Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang
sakit
e.
Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan
5.
Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik /
social
Tujuan : Pasien tidak merasa takut.
NOC
: Kontrol ketakutan
Kriteria hasil:
a.
Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b.
Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c.
Mengendalikan respon ketakutan
d.
Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
NIC 1 : Pengurangan Ansietas
Intervensi:
a.
Sering berikan penguatan positif bila pasien
mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut
b.
Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
c.
Gendong / ayun-ayun anak
d.
Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang
dapat membantu menurunkan ketakutan pasien
NIC 2 : Peningkatan koping
Intervensi:
a.
Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b.
Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif
terhadap suatu peristiwa
c.
Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam
stress berat
d.
Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan
ketakutan secara verbal
e.
Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah
interprestasikan sebagai ancaman
6. Dx 6: Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan
perkembangan
NOC : Abusive behavior self-control
Kriteria
hasil:
a.
Hindari perilaku kekerasan fisik
b.
Hindari perilaku kekerasan emosi
c.
Hindari perilaku kekerasan seksual
d.
Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi
stress
e.
Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku
kekerasan
NIC : Family terapi
Intervensi:
a.
Tentukan terapi dengan keluarga
b.
Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c.
Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d.
Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e.
Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga
D. Evaluasi
Dx 1: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik
anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
a.
Keselamatan tempat tinggal
b.
Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang
salah
c.
Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang
salah
d.
Keselamatan diri sendiri
e.
Keselamatan anak
Dx 2 : Cemas
berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
a. ketidakberdayaan
dan potensial kehilangan orang tua.
b. Monitor intensitas
kecemasan
c. Menyingkirkan
tanda kecemasan
d. Menurunkan
stimulasi lingkuangan ketika cemas
e. Mencari
informasi untuk menurunkan cemas
f. Menggunakan
strategi koping efektif
Dx 3 :
Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi berhubungan dengan
perlakuan kekerasan
a. Menyediakan
kebutuhan fisik anak
b. Merangsang
perkembangan kognitif
c. Merangsang
perkembangan emosi
d. Merangsang
perkembangan spiritual
e. Menggunakan
masyarakat dan sumber lain yang tepat
f. Gunakan
interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
Dx 4 : Risiko
cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
a.
Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b.
Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian
resiko
c.
Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d.
Menghindari cidera fisik
e.
Orang tua akan mengenali resiko dan membantu
kekerasan.
Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi
fisik / social
a.
Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b.
Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c.
Mengendalikan respon ketakutan
d.
Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
Dx 6 : Resiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
a.
Hindari perilaku kekerasan fisik
b.
Hindari perilaku kekerasan emosi
c.
Hindari perilaku kekerasan seksual
d.
Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi
stress
e.
Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku
kekerasan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang
mendapat perlakuan badani yang keras, dimana termasuk malnutrisi dan
mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan
penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum
perlakuan salah oleh orang tuanya/ pengasuh.
Child Abuse adalah tindakan yang
mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi.
Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko
trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
2. Cemas
berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan
potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan
kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan
berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
DAFTAR
PUSTAKA
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan
Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan
Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda
Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002.
Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA
Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition
(NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA
Intervention Project Nursing Intervention
Classifition
(NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic
Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NANDA. 2005.
Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
NICNOC.
2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.
American
Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School
Health. Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].
Soegijianto,
Soegeng.2002.Ilmu Penyakit Anak.Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A.
2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2
Edition), Jakarta:Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar