Jumat, 05 Juli 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I. Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Adapun pihak–pihak tersebut antara lain:
1.      Ns. Erni Suprapti,S.ST., S.Kep. selaku dosen pembimbing Keperawatan Anak I Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang.
2.      Teman–teman yang membantu proses penyelesaian makalah ini.
3.      Serta pihak–pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun demikian masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun penyempurnaan makalah ini.

Semarang,   April 2013
                                                                                   
                                                                                                               Penyusun









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi tahu, anak rewel terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah fenomena child abuse yang terjadi di sekitar kita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati adanya tanda–tanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan  pada pasien dengan Child Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
2.      Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan Child Abuse, mahasiswa mampu:
a.    Memahami definisi Child Abuse
b.    Mengetahui etiologi terjadinya Child Abuse
c.    Mengetahui patofisiologi terjadinya Child Abuse
d.   Mengetahui proses terjadinya Child Abuse
e.    Mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse
f.     Mengetahui komplikasi dari Child Abuse
g.    Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
h.    Merumuskan  asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse meliputi  pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1993)
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1998)
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1998)
Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 2000)
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh orang tua atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan fisik emosional serta perkembangan anak. (Patricia, 2005)
B.     Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
1.      Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
a.    Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b.    Orangtua yang agresif dan impulsif.
c.    Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d.   Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan ekonomi.
e.    Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f.     Tidak mempunyai pekerjaan.
g.    Jumlah anak yang banyak.
h.    Adanya konflik dengan hukum.
i.      Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j.      Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k.    Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.

2.      Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a.    Anak yang tidak diinginkan.
b.    Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
c.    Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d.   Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e.    Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal.
f.     Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.

3.    Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan  penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a.    Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang berdesakan).
b.    Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c.    Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d.   Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal (single parent).
(Hidayat,2008)





C.    Patofisiologi
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect) dilaporkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya melibatkan penganiayaan fisik, 15% melibatkan penganiayaan seksual, dan 50% melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi satu dari 20 anak –anak secara umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap tahun. Penganiayaan fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan membakar, memukul dan mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar menunjukkan ada jaringan tubuh yang rusak dan pembuluh darah sudah memerah. Penerapan metode disiplin dari orang tua ke anak dengan cara kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit hingga meninggalkan luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat (American Academy of Pediatrics, 2007).





















D.    Manifestasi Klinis
1.    Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
2.    Sekuel atau cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3.    Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak
, pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a.    Kecerdasan
Ø Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
Ø Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
Ø Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
b.    Emosi
1)   Terdapat gangguan emosi
Perkembangan konsep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
2)   Terjadi pseudomaturitas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3)   Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
4)   Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
5)   Hubungan sosial
Pada anak – anak  ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan – perbuatan  kriminal lainnya.
a)    Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda – tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri  perianal, sekret vagina, dan perdarahan anus.
b)   Tanda gangguan emosi
Misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
c)    Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
Ø Gejala yang tidak biasa atau tidak spesifik
Ø Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Ø Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Ø Tingkah laku orangtua yang berlebihan.

E.     Komplikasi
1.    Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2.    Kejang-kejang
3.    Hidrocepalus
4.    Ataksia
5.    Kenakalan remaja
6.    Depresi dan percobaan bunuh diri
7.    Gangguan Stress post traumatic
8.    Gangguan makan
(Soegeng,2002)
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.    Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan.
a.    Swab untuk analisa  asam fosfatase, spermatozoa,  dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
b.    Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c.    Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d.   Analisa rambut pubis.

2.    Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
a.    Identifikasi fokus dari bekas
b.    Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma  kepala yang berat.

3.    Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
a.    Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
1)   Penganiayaan fisik
Ø Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Ø Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
Ø Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau setrika.
Ø Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Ø Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
Ø Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.








BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.         Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
2.         Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu sembuhnya.
3.         Orang tua yang lambat mencari pertolongan  medis.
4.         Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana jelas tersebut terjadi.
5.         Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau berubah-ubah pada anamnesis.
6.         Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau stadium perkembangan anak.
7.         Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya membicarakan masalah kecil yang terus-menerus.
8.         Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat akhir bercerita  bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak mereka.
9.         Penyakit anak yang tidak dapat  dijelaskan penyebabnya.
10.     Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
11.     Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya, menyendiri atau sangat takut dengan orang asing, harus diwaspadai kemungkinan terjadinya penganiayaan seksual.
12.     Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan jejasnya, tetapi kemudian mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau untuk mencegah pembalasan orangtua.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
2.      Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3.      Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
4.      Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5.      Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6.      Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
(Nanda, 2012)

C.    Intervensi
1.      Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian
asuhan dan lingkungan.
Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
trauma pada anak
NOC   : Abuse Protection
Kriteria hasil :
a.    Keselamatan tempat tinggal
b.    Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c.    Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d.   Keselamatan diri sendiri
e.    Keselamatan anak
NIC: Enviromental Mangemen: safety
Intervensi
a.    Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan perilaku masa lalu
b.    Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c.    Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d.   Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e.    Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
f.     kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan

2.      Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak
dapat berkurang / hilang
NOC   : Kontrol cemas


Kriteria hasil :
a.    Monitor intensitas kecemasan
b.    Menyingkirkan tanda kecemasan
c.    Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d.   Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e.    Menggunakan strategi koping efektif
NIC     : Penurunan cemas
Intervensi
a.    Tenangkan klien
b.    Berusaha memahami keadaan klien
c.    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
d.   Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas
e.    Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
f.     kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

3.      Dx 3  : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi
berhubungan dengan perlakuan kekerasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
NOC   : Parenting
Kriteria hasil :
a.    Menyediakan kebutuhan fisik anak
b.    Merangsang perkembangan kognitif
c.    Merangsang perkembangan emosi
d.   Merangsang perkembangan spiritual
e.    Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f.     Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
NIC     : Anticipatory guidance


Intervensi
a.    Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional     selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga.
b.    Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
c.    sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien
d.   tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
e.    Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah
f.     Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

4.      Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera
NOC   : Pengendalian resiko
Kriteria hasil:
a.    Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b.    Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c.    Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d.   Menghindari cidera fisik
e.    Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.
NIC     : Manajemen lingkungan: keselamatan
Intervensi:
a.    Monitor lingkungan untuk perubahan status
b.    Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik
c.    Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
d.   Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
e.    Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan

5.    Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
 Tujuan : Pasien tidak merasa takut.


 NOC   : Kontrol ketakutan
 Kriteria hasil:
a.    Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b.    Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c.    Mengendalikan respon ketakutan
d.   Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
NIC 1  : Pengurangan Ansietas
Intervensi:
a.    Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut
b.    Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
c.    Gendong / ayun-ayun anak
d.   Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan pasien
NIC 2  : Peningkatan koping
Intervensi:
a.    Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b.    Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa
c.    Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
d.   Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal
e.    Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai ancaman

6. Dx 6: Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan
NOC   : Abusive behavior self-control



Kriteria hasil:
a.     Hindari perilaku kekerasan fisik
b.    Hindari perilaku kekerasan emosi
c.     Hindari perilaku kekerasan seksual
d.    Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e.     Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan
NIC     : Family terapi
Intervensi:
a.       Tentukan terapi dengan keluarga
b.      Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c.       Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d.      Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e.       Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

D.    Evaluasi
Dx 1: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
a.    Keselamatan tempat tinggal
b.    Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c.    Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d.   Keselamatan diri sendiri
e.    Keselamatan anak
Dx 2    : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
a.     ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
b.    Monitor intensitas kecemasan
c.     Menyingkirkan tanda kecemasan
d.    Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
e.     Mencari informasi untuk menurunkan cemas
f.     Menggunakan strategi koping efektif
Dx 3  : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
a.    Menyediakan kebutuhan fisik anak
b.   Merangsang perkembangan kognitif
c.    Merangsang perkembangan emosi
d.   Merangsang perkembangan spiritual
e.    Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f.    Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
Dx 4    : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
a.    Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b.   Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c.    Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d.   Menghindari cidera fisik
e.    Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.
Dx 5    : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
a.    Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b.   Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c.    Mengendalikan respon ketakutan
d.   Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
Dx 6  : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
a.       Hindari perilaku kekerasan fisik
b.      Hindari perilaku kekerasan emosi
c.       Hindari perilaku kekerasan seksual
d.      Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e.       Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

BAB IV
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya/ pengasuh.
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi.
      
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan












DAFTAR PUSTAKA
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.
American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School Health. Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].
Soegijianto, Soegeng.2002.Ilmu Penyakit Anak.Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar